Bagi jurnalis pemula wawancara adalah salah satu aspek
kunci yang penting dalam pekerjaan jurnalistik. Memahami latar belakang subjek
wawancara atau topik berita juga penting karena membantu jurnalis dalam
mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam dan menyajikan informasi dengan
lebih baik.
Tetapi ada juga yang harus dihindari ketika ingin
mewawancarai narasaumber yaitu fact checking, karena jurnalis mengejar
berita sangat cepat hal ini bisa menyebabkan suatu media dapat tertinggal oleh
media lain. “fact checking itu kadang-kadang jangan dilakukan karena
akan membuang-buang waktu, misal narasumber tidak langsung membalas pesan”.
Kata Ayu Utami selaku editor popbela.
Biasanya para jurnalis melalukan wawancara dengan cara
door stop atau yang dimaksud dengan wawancara yang dilakukan dengan
cepat atau mendadak di depan narasumber langsung, sebagian besar dilakukan
tanpa perjanjian sebelumnya. Situasi seperti ini terjadi ketika seorang
jurnalis mencoba mendapatkan komentar atau pernyataan dari narasumber yang
mungkin tidak tersedia untuk wawancara formal atau menghindari pertemuan dengan
media.
Meskipun door stop dapat digunakan dalam
situasi tertentu, terutama ketika berita sangat mendesak dan jurnalis tidak
memiliki akses yang lebih baik ke narasumber, ini adalah metode yang berpotensi
kurang profesional dan dapat menimbulkan beberapa masalah etika dalam
jurnalisme.
Selanjutnya yaitu riset narasumber yang ingin di
wawancarai, setelah melakukan riset pastikan menghubungi narasumber melalui
email, media sosial, agensi, atau manager untuk meminta wawancara. Dan pastikan
kondisi narasumber tidak sedang sibuk agar tidak mengganggu kegiatannya.
Membangun koneksi yang baik dengan narasumber adalah
kunci untuk mendapatkan wawancara yang informatif dan sukses. Membangun
hubungan yang baik dengan narasumber memungkinkan para jurnalis untuk
mendapatkan informasi yang lebih dalam dan lebih akurat. Ini juga dapat
membantu dalam menjalin hubungan jangka panjang yang bermanfaat untuk pekerjaan
jurnalisme.